Ziad Touati yang berperan sebagai Wahsyi dalam Serial Umar bin Khatab Sejarah mencatat, Wahsyi adalah seorang bekas budak kulit hita...
Sejarah mencatat, Wahsyi adalah seorang bekas budak
kulit hitam dari Ethiopia milik Hindun binti Utbah yang menjadi terkenal karena
mampu membunuh paman Nabi Muhammad SAW yang memiliki julukan "Singa
Allah" yakni, Hamzah bin Abdul Muthalib dan setelah ia memeluk Islam beliau
berhasil membunuh Musailamah al-Kazzab sang Nabi Palsu saat pertempuran Yamamah
pada zaman Khalifah Abu Bakar.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ketika Wahsyi ingin
bertobat dan memeluk Islam, ia menuliskan surat kepada Rasulullah saw yang
menyatakan bahwa ia ingin masuk Islam. Namun ada satu ayat yang sangat
mengganjal hati Wahsyi, yaitu ayat yang berbunyi :
وَٱلَّذِينَ لَا يَدۡعُونَ مَعَ ٱللَّهِ
إِلَٰهًا ءَاخَرَ وَلَا يَقۡتُلُونَ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِي حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلۡحَقِّ
وَلَا يَزۡنُونَۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ يَلۡقَ أَثَامٗا ٦٨
Dan
orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu,
niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya) (QS. Al Furqan, 68)
Mendengar ayat ini, Wahsyi merasa dirinya telah
mengerjakan tiga dosa sekaligus, mungkinkah ia bisa bertobat. Kemudian turunlah
ayat yang berbunyi :
إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ
عَمَلٗا صَٰلِحٗا فَأُوْلَٰٓئِكَ يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَئَِّاتِهِمۡ حَسَنَٰتٖۗ
وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا ٧٠
kecuali
orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al Furqan, 70)
Rasulullah menjawab surat Wahsyi dengan turunnya ayat
tersebut; namun Wahsyi menulis surat lagi bahwa dalam ayat itu dipersyaratkan
adanya amal shalih, padahal ia belum pernah mengerjakan amalan yang shalih. Kemudian
turunlah ayat yang berbunyi:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن
يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ
فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًا ٤٨
Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar (QS. An Nisa, 48)
Rasulullah menjawab lagi surat Wahsyi itu tentang
adanya ayat tersebut; namun Wahsyi menulis surat lagi yang menyatakan bahwa
pada ayat itu juga terdapat persyaratan, sedangkan ia tidak tahu apakah
kira-kira Allah menghendaki dirinya untuk diampuni atau tidak. Kemudian turun
ayat lagi yang berbunyi:
۞قُلۡ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا
تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ
إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ ٥٣
Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Az Zumar, 53)
Kemudian Rasulullah menulis surat lagi kepada Wahsyi,
dan disitu Wahsyi melihat tidak ada persyaratan apapun lagi, lalu ia segera ke
Madinah dan masuk Islam.
Kiranya kisah Wahsyi bisa menjadi pelajaran penting
bagi kita untuk tidak berputus asa terhadap keampunan Allah jika telah
terlanjur berbuat dosa yakni dengan bertobat setulus hati. Rabi’ah Adawiyah
pernah mengatakan : “sesungguhnya permohonan ampun kita itu memerlukan ampun
yang serius dan dengan janji”. Maksudnya apabila seseorang itu mohon ampun
dengan lisan, namun ia mempunyai niat untuk mengulangi dosa itu lagi, maka
tobatnya adalah sama dengan tobatnya orang-orang yang bohong, tobat semacam ini
bukanlah tobat. Tobat yang benar adalah yang diucapkan dengan lisan dan hatinya
berniat untuk tidak mengulanginya lagi. Bila demikian halnya, maka Allah swt
suka mengampuni dan maha pengasih terhadap hamba-Nya.
Seperti yang tersebut yang kitab Tanbihul Ghafilin,
ada empat tanda tobat seseorang telah diterima oleh Allah Ta’ala, yaitu:
- Memutuskan hubungan dengan teman-teman yang jahat, serta menjalin hubungan dan bergaul dengan orang yang shalih.
- Menghentikan semua perbuatan maksiat dan rajin untuk mengerjakan ibadah.
- Mengeyampingkan kesenangan dunia dari dalam hatinya, dan selalu teringat akan siksa akhirat.
- Tawakkal dalam masalah rezki, dimana ia sangat percaya akan jaminan dari Allah Ta’ala disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh dalam segala hal yang diperintahkan Nya.
Referensi : Kitab Tanbihul Ghafilin, Bab Taubat