Kolom mesjid Jami' kampus unsyiah Mengamati upaya-upaya awal manusia dalam menghadirkan ruang fisik adalah dengan membatasi sebu...
Sejak prasejarah,
arsitektur klasik hingga arsitektur modern kehadiran kolom dalam upaya mewujudkan
ruang, pada dasarnya lebih berfungsi struktural, benar-benar sebagai penerima
dan penyalur beban dari atas. Walaupun
pada arsitektur klasik di mana penampilan umumnya terdiri atas tiga bagian, yakni:
kepala, badan dan kaki bisa sangat ornamentatif sehingga secara
visual kadang terkesan sebagai elemen yang sepertinya tidak menerima beban
berat sesungguhnya dari bagian bangunan di atasnya akibat dari wujud
tampilannya yang amat analogis dengan tubuh manusia yang pada kenyataannya tidak akan mampu memikul beban elemen-elemen
bangunan terutama balok-balok batu massif.
Gambaran ini bisa ditemui pada
kuil di Yunani kuno, sekitar 400 tahun sebelum masehi, dengan kolom-kolom penyangga berbentuk patung perempuan sedang
berdiri seolah tanpa beban berat di atas
kepalanya yang dikenal dengan caryatid.
Kolom dalam konteks
struktural bisa dimengerti sebagai elemen vertikal yang umumnya berbentuk
batang yang berfungsi sebagai penerima
dan penyalur beban dari atas (dapat dibaca: atap) ke bawah (pondasi),
yang pada kenyataannnya harus diperhitungkan
pula kemungkinan adanya beban-beban lain selain beban vertikal dari atas. Kolom struktural ini posisinya bisa tegak
lurus bidang dasar/ lant ai ruang ataupun miring, menyat u rata dengan dimensi
dinding partisi, menempel menonjol di sa
tu sisi atau menonjol di kedua sisi atau berdiri lepas (otonom) dari dinding.
Elemen struktural vertikal ini tidak mudah dieliminir begitu saja karena akan mengurangi
bahkan dapat merusak kestabilan sistem struktur yang telah ada, bila tanpa memperhitungkan
elemen struktural penggantinya. Oleh karenanya dalam perancangan interior, penghadiran
suasana ruang dalam yang baru akan sangat dihindari pengeliminiran elemen struktural
(baca:kolom) demi olah ruang yang baru.
Di era post modern,
kolom bisa saja dihadirkan dalam wujud elemen artifisial, praktis tidak menerima
beban signifikan dari material konstruksi di atasnya, selain beban konstruksi
dan material kolomnya sendiri. Atau kolom struktural yang hadir di era sekarang tetapi dengan penampilan:
dimensi, proporsi, skala, bentuk,
ornamen, warna, bahan, jarak antar kolom mengacu kepada masa lampau
dengan cara mengkopi, menjiplak ataupun dengan me-modifiksi tampilannya. Kolom-kolom seperti ini dihadirkan dengan maksud
menghadirkan kembali elemen masa lampau demi mewujudkan ‘warna suasana’ nostalgia tertentu, atau untuk menciptakan
‘aksentuasi’ sebuah gerbang, portal pintu masuk suatu kawasan, ataupun
lokalisasi dalam arti menegaskan batas transparan sebuah ruang di dalam ruang,
dapat pula untuk membentuk irama vertikal sebagai pengimbang elemen horisontal
dengan membuat jajaran kolom.
Referensi : S. P. Honggowidjaja. 2004. Menyikapi Kolom Dalam Ruang Selaku
Elemen Struktural Ataupun Artifisial